
1. Pengertian dan Komponen Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu (knowledge) berbeda dengan pengetahuan (science). Ilmu menitikberatkan pada hasil karya pemikiran dan kreativitas seseorang berlandaskan pada pengamatan, Dari pengamatan yang ada menggunakan akan fikiran, membuka mata, meraba, mencium dan membau orang bisa menjadi tahu akan sesuatu. Namun untuk bisa menghasilkan pengetahuan maka tidak hanya sekedar membuka mata dan menjadi tahu, dia membutuhkan seperangkat rencana dan pengamatan yang rasional baik lewat percobaan maupun survey.
Ilmu diperoleh dari fakta-fakta dunia fisik dan alam sekitar secara sistematis atau dengan melalui proses observasi dan eksperimen. Sedangkan sains atau pengetahuan merupakan fakta-fakta, informasi termasuk juga adalah kemampuan yang didapat oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan; bisa juga diartikan sebagai suatu pemahaman teoritis terhadap sesuatu. Penjelasan tentang perbedaaan ilmu dan pengetahuan secara gamblang dapat dibaca di sini dengan lebih luas dan seksama.
Contoh pengetahuan adalah ilmu ekonomi, matematika dan bahasa adalah alat bukan ilmu sehingga diperlukan sebuah alat untuk dapat memperoleh pengetahuan.
a. Manusia Mencari Kebenaran lewat ilmu dan akal
Mengapa manusia mencari kebenaran? apakah kebenaran itu dan bagaimana manfaat kebenaran dalam kelangsungankehidupan manusia? bagaimana peran ilmu dan akal di sini?
Tentu saja kebenaran itu sesuatu yang pasti dan dapat disepakati oleh banyak pihak, karena itu mereka yang memiliki kebenaran akan menajdi tumpuan orang banyak. Karenanya, proses untuk mencari kebenaran sebagai jalan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Dengan karunia akal, manusia akan mudah mencari kebenaran dengan akalnya yang sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Perbedaan keduanya hanya pada "sistematik" dan "terkendali".
Bila ditelusuri setidaknya ada lima pokok yang membedakan akal sehat dan ilmu.
- Ilmu pengetahuan (sains) terus berkembang dari teori-teori yang dijalankan ilmuwan. dikembangkan melalui struktur2 teori, & diuji konsistensi internalnya (dilakukan tes/pengujian secara empiris).
- Dalam memperoleh pengetahuan maka teori dan hipotesis selalu diuji secara empiris/faktual. Namun mereka yang bukan ilmuwan dengan cara “selektif”.
- Kendali atau kontrol dalam penelitian ilmiah, tidak dapat mempunyai pengertian yang bermacam-macam.
- Menitik beratkan pada hubungan antara fenomena alam secara sadar dan sistematis. Pola penghubungnya tidak dilakukan secara asal-asalan.
- Seorang ilmuwan dalam memberi penjelasan masing-masing berlainan caranya dalam mengamati suatu fenomena. Selain itu seorang ilmuwan melakukan dengan hati-hati dan menghindari penafsiran yang bersifat metafisis. Proposisi yang dihasilkan selalu terbuka untuk pengamatan dan pengujian secara ilmiah.
b. Proses Sekularisasi Alam
Tidak dipungkiri dalam memperoleh pengetahuan manusia akan berhubungan dengan alam di sini manusia masih terikat dengan norma-norma, dogma dan juga agama. Namun seiring perkembangan zaman maka nilai-nilai yang mengikat itu menjadi lepas antara subyek dengan obyeknya dan jadilah bersifat sekular.
Selain itu norma atau hukum didefinisikan sebagai hubungan timbal balik yang konsisten atau tetap dan harus ada diantara fenomena alam, Inilah makanya sejak dulu diinterpretasikan ke dalam hukum-hukum normative ; Pengertian terhadap norma tersebut dikaitkan dengan Tuhan atau para dewa sebagai pencipta hukum yang harus ditaati;
Selanjutnya dari ikatan nromat itu lambat laun terjadilah pergeseran konsep hukum (alam), dalam hal ini pengertian hukum disesuaikan sesuai dengan hukum alam, tatanan sesuatu yang ada di alam dapat disimpulkan melalui kegiatan penelitian empiris;
Pada akhirnya kemudian, Tuhan sebagai pencipta hukum alam secara berangsur-angsur memperoleh sifat abstrak dan impersonal; maka kesimpulannya ilmu pengetahuan alam yang kemudian difungsikan bagi manusia modern terus diupayakan kegunaanya untuk mengekslorasi alam dengan dukungan kemampuan ilmiah yang dimilikinya sedikit demi sedikit mulai membuka rahasia-rahasia alam.
c. Cara-cara Mendapatkan Kebenaran
Perjalanan manusia mencari kebenaran memiliki bermacam langkah; pertama, secara kebetulan, (penemuan ini terjadi secara kebetulan saja dan tidak disengaja, namun bermanfaat untuk diteliti lebih lanjut)
Kedua adalah dengan Trial And Error, dalam kaitanya ini (bersifat untung-untungan). Meskipun demikian Trial and error adalah metode dasar dalam pemecahan masalah.[1] Cirinya adalah dengan melakukan percobaan berulang-ulang, terus diupayakan dengan tindakan yang bervariasi yang pada giliranya berlanjut sampai sukses, [2] atau sampai si pemerhati itu berhenti untuk mencoba lagi. (Evolutionary Epistemology, Rationality, and the Sociology of Knowledge p94 p108, dan Concise Oxford Dictionary p1489)
Ketiga dengan melaui Otoritas, (kebenaran bisa didapat melalui otoritas seseorang yang memegang kekuasaan); contohnya dalam persidangan seringkali hakim mendatangkan saksi ahli terhadap suatu fakta yang membutuhkan keahlian di bidangnya. Carl Sagan menulis perlunya argumen dari otoritas; "One of the great commandments of science is, 'Mistrust arguments from authority.'...Too many such arguments have proved too painfully wrong. Authorities must prove their contentions like everybody else." Kesimpulanya, otoritas itu dibutuhkan untuk menenganhi persoalan fakta yang bertentangan dan banyak macamnya." (Sagan, Carl (1995). The Demon-Haunted World: Science as a Candle in the Dark.)
Keempat, dengan Berpikir Kritis datau berdasarkan pengalaman, (berpikir secara deduktif dan induktif). Secara deduktif artinya berpikir dari yang umum ke khusus; sedang induktif dari yang khusus ke yang umum. Metode deduktif sudah dipakai selama ratusan tahun semenjak jamannya Aristoteles.
Kelima, melalui penyelidikan ilmiah, (kebenaran baru bisa didapat dengan menggunakan penyelidikan ilmiah, berpikir kritis dan induktif).
d. Dasar-dasar Pengetahuan
Untuk memperoleh suatu pengetahuan, maka diperlukan dasar-dasarnya yang dapat mengantarkan pada suatu kesadaran pengetahuan. Ada dua aliran dalam hal ini yaitu:
1. Penalaran
Penalaran tidak lain merupakan proses berpikir. Kegiatan berpikir ini mengikuti menurut pola/logika tertentu yang tujuannya adalah guna menghasilkan pengetahuan. Aliran rasionalisme menganggap bahwa fakta dapat tertangkap apabila melalui pengalaman sebagai kebenaran, aliran ini dikenal dengan empirisme.
2. Logika (Cara Penarikan Kesimpulan)
Pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid) baik dengan cara Logika induktif dan deduktif. Induktif dengan berdasarkan fakta-fakta khusus disimpulkan kepada fakta umum, sedangkan deduktif berasal dari fakta umum kemudian ditarik menajadi kekhususan.
e. Sumber Pengetahuan
Di manakah sumber-seumber pengetahuan itu berasal?
Alam merupakan sumber pengertahuan, namun diawali dari sikap manusia yang meragukan setiap gejala yg ada di alam semesta ini. Kekuatan manusia tidak begitu saja mau menerima saja gejal yang terjadi termasuk nasib dirinya sendiri.
Seoranf filsuf Rene Descartes pernah berkata “DE OMNIBUS DUBITANDUM” yang berarti, bahwa “segala sesuatu harus diragukan”. Persoalan mengenai kriteria untuk menetapkan kebenaran itu sulit dipercaya. Dari berbagai aliran, maka munculah berbagai kriteria kebenaran.
Lalu pertanyaanya, apa saja kriteria keberannya?
Kebenaran bisa terjadi apabila ada konsisetensi dengan pernyataan sebelumnya atau terdahulu yang dianggap benar. Konsistensi ini disebut dengan teori kebenaran, suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren dan konsisten
Teori kedua adalah teori Korespondensi (Pernyataan sesuai kenyataan), suatu pernyataan dianggap benar apabila materi pengetahuan yang dikandung berkorespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut (Bertrand Russel)
Ketiga, teori Pragmatis (Kegunaan di lapangan), kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis (Charles S Pierce), Suatu teori tidak akan abadi, dalam jangka waktu tertentu itu dapat diubah dengan mengadakan revisi.
Mengenal Ontologi (apa yang dikaji)
Ontologi adalah teori dari yang membahas tentang realitas. Realitas merupakan kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Singkatnya, ontologi itu merupakan hakikat apa yang dikaji atau bisa disebut ilmu itu sendiri.
Tetapi pernyataan apa yang dikaji itu sendiri terkadang menjadi absurd karena apa yang dinampak dengan kenyataan tidaklah berbeda.
Democritus, misalnya menjelaskan prinsip materialisme : dengan berlandaskan pada kebiasaan saja maka sifat manis itu manis, panas itu panas, dingin itu dingin, warna itu warna. Hal ini bertati, objek penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian. Hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Jadi istilah “manis, panas dan dingin” itu hanyalah merupakan terminology yang kita berikan kepada gejala yang ditangkap dengan pancaindera.
EPISTIMOLOGI (Cara mendapatkan kebenaran)
Tujuan Epistimologi adalah bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan dengan benar.
Eistemologi pertama kali dikenalkan oleh L. F. Ferier pada abad 19 di Institut of Methaphisycs (1854). Buku Encyclopedia of Phylosophy, dan Brameld mempunyai pengertian yang hampir sama tentang epistemologi. Epistemologi aalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda-benda. Contoh beberapa pernyataan yang menggunakan kata “tahu” yang berdeda sumber maupun validitasnya:
a. Tentu saja saya tahu ia sehat, karena saya melihatnya;
b. Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan;
c. Saya tahu Laptopnya baru, karena baru kemarin kami meminjamnya.
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mendapatkan pengetahuan :
1. Batasan kajian ilmu karena luasnya ilmu maka perlu dibatasi agar lebih spesifik.
2. Cara menyusun pengetahuan diperlukan landasan yang sesuai dengan ontologis & aksiologis ilmu itu sendiri
3. Penjelasan diarahkan pada deskripsi mengenai hubungan berbagai faktor yang terikat
4. Metode ilmiah harus bersifat sistematik dan eksplisit
5. Metode ilmiah tidak dapat diterapkan disiplin ilmu yang sama
6. Ilmu mencoba mencari penjelasan mengenai alam dan menjadikan kesimpulan yang bersifat umum dan impersonal.
7. Karakteristik yang menonjol kerangka pemikiran teoritis : Ilmu eksakta dan ilmu sosial
AKSIOLOGI (Nilai guna ilmu)
Aksiologi ialah menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.
Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-2 tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dng nilai-nilai budaya & moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
ISTILAH-ISTILAH PENELITIAN
1. Konsep,
Istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan gejala secara abstrak. Diharapkan peneliti mampu mem-formulasikan pemikirannya kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan beberapa masalah yg berkaitan satu dengan yang lainnya.
2. Konstruk (construct),
Suatu konsep yang diciptakan dan digunakan dengan kesengajaan dan kesadaran untuk tujuan-tujuan ilmiah tertentu.
3. Proposisi
Hubungan yang logis antara dua konsep. Dalam penelitian sosial dikenal ada dua jenis proposisi : yang pertama aksioma atau postulat, yang kedua teorema. Aksioma ialah proposisi yang kebenarannya sudah tidak lagi dalam penelitian; sedang teorema ialah proposisi yang dideduksikan dari aksioma.
4. Teori,
Serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Kerlinger, FN)
Teori mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut : harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya, harus cocok dengan fakta-fakta empiris.
Ada empat cara teori dibangun menurut Melvin Marx :
- Model Based Theory, berdasarkan teori pertama teori berkembang adanya jaringan konseptual yang kemudian diuji secara empiris.
- Teori Deduktif, suatu teori yang menekankan pada struktur konseptual dan validitas substansialnya. Teori ini juga berfokus pada pembangunan konsep sebelum pengujian empiris.
- Teori Induktif, menekankan pada pendekatan empiris untuk mendapatkan generalisasi
- Teori Fungsional, suatu teori dikembangkan melalui interaksi yang berkelanjutan antara proses konseptualisasi dan pengujian empiris yang mengikutinya
5. Logika Ilmiah,
gabungan antara logika deduktif dan induktif dimana rasionalisme dan empirisme bersama-sama dalam suatu system dengan mekanisme korektif.
6. Hipotesis,
jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris. Dalam merumuskan hipotesis pernyataannya harus merupakan pencerminan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
7. Variabel
Merupakan konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari Ada lima tipe variable yang dikenal dalam penelitian, yaitu: variable bebas (independent), variable tergantung (dependent), variable perantara (moderate), variable pengganggu (intervening) dan variable kontrol (control)
8. Definisi Operasional, spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel
Sarana Berpikir Ilmiyah
1. Bahasa, ialah bahasa ilmiah yg merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk menyampaikan informasi berupa pengetahuan, syarat-syarat: bebas dari unsur emotif, reproduktif, obyektif, dan eksplisit.
2. Matematika, pengetahuan sbg sarana berpikir deduktif sifat: jelas, spesifik dan informatif, tidak menimbulkan konotasi emosional, dan Kuantitatif.
3. Statistika, pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif sifat: dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian dan untuk menentukan hubungan kausalitas antar factor terkait.
VIDEO KULIAH YANG BERKAITAN DENGAN METODOLOGY PENELITIAN BUSINESS
No comments:
Post a Comment